Tidak banyak anak muda yang tahu keinginannya sejak awal dan berani mengambil risiko di usia yang begitu muda. Namun tidak begitu dengan Ryan Theo Jonathan. Theo yang kini berusia 28 tahun sudah berani mengambil jalan yang berbeda dari rekan sebayanya. Alih-alih masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Theo justru melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan dalih ingin memiliki skill yang spesifik.
Padahal, Theo mengaku kalau dirinya tidak memiliki bakat menggambar atau hal kreatif, namun dirinya berani mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual dan sebagai program pendidikan.
"Ditambah lagi, saat itu setiap siswa wajib magang selama enam bulan sebagai syarat kelulusan. Untungnya dari magang itulah jadi aktif mengambil kegiatan diluar dan menjadi volunteer di berbagai event," jelas lelaki yang hobi dengan musik, buku, dan juga film tersebut.
Menurutnya dari tindakan berani dan konsistennya tersebutlah juga yang membuatnya bertahan di kariernya sekarang. Untungnya lagi, dengan pekerjaannya sekarang yang jelas di bidang perbankan, termasuk soal jam kerja anak keempat dari tiga bersaudara itu juga masih bisa menjalankan hobinya yang juga tidak kalah untuk menghasilkan cuan.
"Gua punya konsep pekerjaan sampingan yang gua ambil itu karena “suka” dan terbilang hobi bukan sekedar hanya mencari uang. Terdengar cliché memang, pun di kantor sekarang sudah ada gaji tetap dan terbilang cukup. Kalau bicara waktu beruntungnya di pekerjaan tetap ada jam kerja yang memang sudah di tentukan yaitu 8 jam kerja, selebihnya mencari kegiatan di luar," kata Theo.
Selama masa menjadi freelancer untuk event, acara yang dilakukan Theo juga tidak main-main. Theo pernah menyelenggarakan acara-acara seperti Ruang Rupa Project (RRRECFEST,RRRecfest in The Valley ,RRRECfest Show Case, Modern Conference, Jakarta Biennale), Djakarta ware house Project, We The Fest, Exo Concert, International Jakarta Motor Show pada medio 2014 hingga 2016.
Sebagai milenial muda, Theo juga tidak memungkiri kalau dirinya juga seperti banyak anak muda lain suka nongkrong dicoffe shop serta mengoleksi benda tertentu. Namun, Theo menganggap hal itu bukan kebutuhan utama namun hanya sebuah selingan untuk menyenangkan hati di kala penat.
"Kalau gw pribadi itu sekedar membuat gw senang. Sisanya ya melakukan hal berguna bukan cuma membuang duit doang. Kasian orang tua di rumah banting tulang cari duit. Banyak cara kok ditambah teknologi sekarang mumpuni," tegas Theo.
Apalagi anak zaman sekarang tentu lebih pintar dan mumpuni dari sebelumnya jadi jangan cuma fokus pada satu hal hingga akhirnya bingung dan mentok dalam menyikapi suatu hal. Theo juga mengungkapkan kalau melihat sesuatu usahakan dari segara arah.
“Gw juga masih belajar, tapii terlalu banyak dipikirin jadi mentok di situ. Biasakan melihat sesuatu itu dari dua kacamata atau orang bilang dari dua sisi, dan semua balik lagi ke diri sendiri. Kata cukup dan sukses itu, kita sendiri yang bisa ukur bukan orang lain dan ga bisa disamain sama-sekali,” kata Theo.
Oleh karena itulah, meski sudah terbilang sukses secara karier dan memiliki kehidupan yang balance, Theo juga masih memiliki banyak harapan dalam hidupnya, seperti menyelesaikan kuliah yang sempat mandek demi mencapai karier yang lebih baik dan juga melunasi cicilannya yang belum selesai.
"Banyak achivement yang sudah gw dapet, bangga karena bisa punya kerjaan yang tetap dan bisa menjalani hobi, banyak teman dan ditambah ilmu sih, jadi ngerti banyak hal juga, balance aja gitu," tutup Theo.
Yuk berani dan konsisten agar bisa #SantaiTapiBerisi.
Casualogue#SantaiTapiBerisi
