Konon bekerja di lembaga negara menjadi pilihan terbaik karena selama negara ada, gaji masih mengalir deras. Di sisi lain, bisa jadi pilihan untuk menjadi abdi negara adalah sesuatu yang memang dipilihkan untuk kita. Hal itu misalnya, terjadi pada Klemens Amy, seorang anak bungsu yang menggemari fisika namun justru bekerja di Kementerian Keuangan.
"Nyokap lebih seneng kalau gua menempuh pendidikan lanjutannya di STAN padahal gua juga udah keterima di salah satu universitas untuk belajar teknik. Yaudah gue tanya nyokap, mamah lebih seneng klo gua masuk kemana? Pengen gua lanjut ditambang atau gue masuk STAN atau pilihan yg lain? Nyokap gua saat itu menyampaikan, dia akan sangat bangga kalau gua masuk ke STAN dan gua mengikuti apa yg nyokap gua bilang," kenang Klemenz.
Meski begitu lelaki yang memiliki hobi bermain teater dan seni sejak kecil ini tidak pernah menyesal dengan keputusan mengikuti keinginan Sang Ibu. Padahal, sekolah di STAN jauh sekali dari bidang yang Klemens minati. Apalagi saat dia mengenang masa-masa pertama masuk STAN. Klemens yang terbiasa sekolah di sekolah swasta cukup mengalami culture shock saat masuk STAN yang datang dari beragam background. Ditambah lagi, menurut Klemens yang masuk ke STAN di angkatannya adalah lulusan dari sekolah terbaik di masing-masing daerah.
"Saat itu gua seperti kebayang gua bisa gak nih bersaing sama mereka gitu," ingat Klemens.
Di sisi lain, Klemens juga sangat senang karena memiliki teman-teman yang beragam. Menurutnya, kini dia tidak perlu mencari hotel saat jalan-jalan keliling Indonesia, karena rekan-rekannya ada dari Sabang hingga Merauke dan hal ini sangat menyenangkan.
Kini, selain menjadi ASN, Klemens juga memiliki bisnis di bidang penatu, bisnis food and beverage (FnB), serta bidang jasa. Namun akibat pandemi, bisnisnya juga mendapatkan beberapa kendala, namun tidak membuat Klemens gentar untuk memikirkan bisnis lainnya.
Bukan cuma itu, Klemens juga mengajar mata kuliah Komunikasi Publik di PKN STAN pada 2020. Menurutnya, mengajar juga sesuatu yang dia senangi. Sejak kecil Klemens sudah terbiasa mengajar sejak dirinya di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Alasan menjadi dosen karena kebetulan gua sekarang bekerja di instansi pendidikan di bawah Kementerian Keuangan jadi gua punya kesempatan mencoba pengalaman baru untuk menjadi dosen di tempat gua bekerja. Kebetulan lagi di tempat gua kerja lagi butuh dosen komunikasi publik dan lulusan komunikasi di tempat gua itu lumayan jarang, akhirnya gua bisa isi slot itu," jelas Klemens.
Memiliki banyak kegiatan, di tengah pandemi Klemens juga harus bisa mengatur waktu agar tidak terlena untuk bersantai-santai. Selama masa pandemi ini, Klemens bukan hanya membaca buku yang merupakan salah satu hobinya, namun memulai home workout dan juga meditasi.
Seperti kebanyakan orang yang awalnya kerja kantoran, awal pandemi menjadi waktu yang berat bagi Klemens untuk terbiasa. Kini Klemens makin andal dalam time management yang menurutnya adalah kunci hidup seimbang di tengah pandemi.
"Gua sebenarnya agak merasa punya lumayan banyak tantangan untuk menciptakan work life balance di WFH ini karena pekerjaan semakin tidak mengenal waktu. Cuma balik lagi bagaimana kita mengatur waktu itu adalah hal yang sangat penting," ungkap Klemens.
Oleh karena itu, selama masa pandemi ini, Klemens memutuskan untuk lebih peduli pada kesehatan sehingga membuat jadwal pagi dan malam untuk berolahraga. Adapun meditasi membuatnya lebih fokus pada hal-hal yang dia lakukan sekarang.
Terakhir, Klemens mengungkapkan persiapan adalah kunci terbaik dalam melakukan berbagai hal, termasuk bagi anak-anak muda sekarang yang ingin masuk STAN dan juga bertahan dalam pekerjaan apapun.
Casualogue
#SantaiTapiBerisi